Senin, 21 September 2015

Perjalanan hidup anak petani

Perjalanan hidup anak petani
Karya : Khairul Rahmawan



          Ryza adalah anak Pak Sulaiman seorang petani dari sebuah desa yang terletak di daerah Jawa Tengah. Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil di dekat sawah. Kehidupan keluarga kecil ini sangat sederhana, apalagi bila malam tiba keadaan menjadi agak gelap hanya diterangi sebuah lampu teplok yang berada di ruang tengah.
           
Ryza anak bungsu dari Pak Sulaiman ini sangat rajin belajar. Dia bersekolah di sebuah SMA yang terletak 4 km dari rumahnya, tidak  jauh memang namun Ryza berangkat sekolah menaiki sepeda ontelnya. Ryza sekarang duduk dikelas tiga SMA dia termasuk murid yang cerdas dan disukai banyak temannya.
            Seperti biasa pagi ini Ryza berangkat ke sekolah seperti biasa. Dia bersepeda menuju sekolah dengan santai. Sesampainya di sekolah  dia masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran. Tetapi tiba-tiba Ryza dipanggil oleh Pak Herman agar nanti menemuinya di kantor.
“Ryza, nanti tolong  temui bapak di kantor,” ucap Pak Herman
“Baik Pak,” jawab Ryza.
Setelah bel pulang sekolah Ryza langsung menuju ke kantor untuk menemui Pak Herman.
“permisi Pak, ada perlu apa ya Pak tadi bapak memanggil saya?” tanya Riza
“Jadi begini, sebentar lagi kan ada ujian, tapi kamu belum melunasi spp selama empat bulan, tolong samapaikan kepada orangtuamu ya”
Sambil berpikir agak panjang Ryza pun menjawab.
“I.. i.. iya pak” jawab Ryza sambil terbata-bata.
            Dalam perjalanan pulang Ryza terus memikirkan apa yang dikatakan Pak Herman tadi, dia samapai hampir menabrak pohon di tepi jalan karena tidak berkonsentrasi mengendarai sepeda onthelnya.
Sesampainya di rumah Ryza membantu Ibunya mencuci piring dan menyapu. Di malam hari yang gelap Ryza belajar ditemani orangtua dan adiknya. Ryza bercerita tentang kejadian di sekolah tadi.
Tapi jawaban dari Pak Sulaiman hanyalah “Kamu belajar saja. Masalah itu gak usah kamu pikirkan, besuk akan bapak bayar”
Didalam hatinya Ryza berpikir dari mana bapak punya uang ya. Tapi, ah sudahlah, apa yang bapak ucapkan ada benarnya, mending aku lanjutin belajar saja karena ujian sebentar lagi akan dilaksanakan.
            Dua minggu kemudian, hari ini adalah hari pertama ujian, terlihat wajah tegang dari beberapa teman Ryza. Tapi beda halnya dengan teman-temannya wajah Ryza malah terlihat gembira, karena ini adalah hari yang dia tunggu agar dia bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Setelah menyelesaikan ujian Ryza berharap-harap cemas, apakah nilainya akan sesuai yang dia harapkan.
            Dimasa tenang setelah ujian Ryza tidak hanya diam dirumah, dia membantu Pak Sulaiman untuk panen di sawah dibawah terik matahari. Mungkin hala tersebut tidak dilakukan oleh orang seumuran dengan dia apalagi Ryza adalah seorang perempuan. Tapi itu tidak membuat Ryza mengeluh, dia tetap melakukannya dengan senang hati.
           
Hari yang ditunggu telah tiba, hari dimana akan diumumkannya kelulusan. Ryza dan teman-temannya tegang, tetapi beberapa saat kemudian ketegangan  berubah menjadi kebahagiaankarena Ryza dan teman-temannya dinyatakan lulus terlebih untuk Ryza, dia berhazil menjadi lulusan terbaik di sekolahannya.
            Ryza mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Riza mendapat beasiswa dari sebuah universitas negeri di Jakarta. Sehingga Ryza harus meninggalkan keluarganya di dwsa yang indah penuh dengan bukit dan sawah, menuju ke keramaian Ibukota.
            Dua bulan kemudian Ryza bersiap-siap berangkat  menuju Jakarta. Sebelum berangkat dia berpamitan pada kedua orangtuanya. Pak Sulaiman berpesan kepadanya “Baik-baik disana ya, kamu harus pergi untuk meraih cita-citamu.” Ucap Pak Sulaiman
“Baik Pak, sya tidak akan mensia-siakan kerja keras bapak selama ini untuk menyekolahkan aku.” Ucap Ryza sambil menangis
“itu memang sudah kewajiban bapak untuk menyekolahkan kamu, jangan bersedih Ryza” ucap Pak Sulaiman sambil menenangkan Ryza.
            Akhirnya Ryza berangkat menggunakan bis untuk menuju Jakarta dan melanjutkan Sekolahnya diperguruan tinggi. Dia pergi bersama sejuta cita-citanya yang ada dibenaknya untuk dapat merubah nasib hidup keluarganya. Tidak ada yang menyangka memang seorang anak petani dapat melanjutkan ke bangku Universitas di Jakarta.


BERSAMBUNG


                                                                                                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar